6 Tempat Wisata Paling Populer di Desa Ciburial - Ride Trip Travel

Monday 25 October 2021

6 Tempat Wisata Paling Populer di Desa Ciburial

Pesona dan keindahan alam Indonesia sudah sejak lama dikenal di dunia. Tidak heran kalau banyak turis dan wisatawan yang berdatangan dari berbagai negara untuk menikmati objek wisata di Indonesia.

Desa Ciburial Kecamatan Cimenyan merupakan salah satu desa di Indonesia yang memiliki pesona dan keindahan alam tersebut. Dari sekian banyak objek wisata di Indonesia populer yang paling banyak dikunjungi, beberapa diantaranya bahkan sudah terkenal hingga ke seluruh dunia. 

Beberapa tempat wisata paling populer tersebut berada di kawasan Desa Ciburial Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung. Desa Ciburial dikenal juga sebagai desa wisata karena memiliki beberapa objek wisata yang cukup populer di Indonesia.

Berikut ini 6 tempat wisata paling populer yang berada di Desa Ciburial:

1. Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda


Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda merupakan kawasan konservasi yang terpadu antara alam sekunder dengan hutan tanaman dengan jenis Pinus yang terletak di Sub-Daerah Aliran Sungai Cikapundung dan DAS Citarum yang membentang mulai dari Curug Dago, Dago Pakar sampai Curug Maribaya yang merupakan bagian dari kelompok hutan Gunung Pulosari.

Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda terletak di sebelah utara Kota Bandung berjarak kurang lebih 7 km dari pusat kota, secara geografis berada pada 107° 30’ BT dan 6° 52’ LS, secara administrasi berada di wilayah Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung dan sebagian masuk Desa Mekarwangi, Desa Cibodas, Desa Langensari, dan Desa Wangunharja, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat serta Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong, Kota Bandung. Berdasarkan hasil rekonstruksi tata batas Tahura Djuanda tahun 2003, luasnya adalah 526,98 ha. 

2. Tebing Keraton


Tebing Keraton atau Tebing Karaton merupakan sebuah tebing yang berada di dalam kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Tebing ini terletak di Kampung Ciharegem Puncak, Desa Ciburial, Bandung, Jawa Barat, Indonesia. 

Dari Tebing Keraton dapat menikmati pemandangan spektakuler. Bukan lampu kota, melainkan hutan! 

Tidak sulit untuk mencapai Tebing Keraton. Dari pusat kota Bandung, bertolaklah ke arah Dago Pakar, kemudian ke arah Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. 

Setelah pintu gerbang Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, beloklah ke kanan. Anda akan melewati rumah-rumah besar dan kemudian perkampungan. 

Setelah itu Anda akan sampai di sebuah warung dengan baliho besar bertuliskan 'Warung Bandrek' alias Warban. Perjalanan belum selesai, pacu kendaraan Anda melewati tanjakan dan jalan berbatu sampai pos teratas, langsung di Tebing Keraton. 

Di sini, anda bisa memarkir motor dan mobil. Untuk mencapai tebing tersebut, anda hanya perlu berjalan kaki tak sampai 5 menit. 

Tebing Karaton ini ada di atas Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Sehingga dari atas tebing ini, anda bisa menyaksikan hijaunya pemandangan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda yang menghampar luas sepanjang mata memandang.

3. Gua Belanda


Gua Belanda Bandung merupakan sebuah gua yang berada dalam kawasan yang sekarang ditetapkan sebagai Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda adalah bentangan pegunungan dari Barat sampai ke Timur yang merupakan “tangki air raksasa alamiah” untuk cadangan di musim kemarau. 

Di daerah Aliran Sungai Cikapundung yang ada di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda pada masa pendudukan Belanda dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Air Bengkok yang merupakan PLTA pertama di Indonesia pada tahun 1918, dimana terowongan tersebut melewati Perbukitan batu pasir tufaan.

4. Selasar Sunaryo Art Space


Selasar Sunaryo Art Space merupakan sebuah galeri seni yang diprakarsai oleh seorang seniman kontemporer, bernama Sunaryo, yang terletak di kawasan Utara Bandung.

Galeri seni ini mulai diresmikan pada tanggal 5 September 1998.

Kegiatan atau aktivitas yang rutin diselenggarakn oleh Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) meliputi berbagai program kontemporer, seperti diskusi, residensi & lokakarya, serta pameran.

Beberapa program tersebut, diantaranya konser musik, pemutaran film, pementasan teater, ceramah, hingga pembacaan karya sastra.

Salah satu program yang pernah diselengarakan yaitu Lawangkala Selasar Sunaryo, yang diadakan pada 16 September 2018 hingga 16 Juni 2021.

5. Wot Batu


Wot Batu adalah sebuah konfigurasi energi yang hadir dari perjalanan spiritualitas dan transendental Sunaryo. Dalam ruang terbuka seluas ±2000 m² dengan rangkaian 135 +1, batu-batu ditanam dan ditata secara konseptual dan harmoni. 

Sunaryo menarik garis dari pegunungan di sekitar Bandung, dan dari garis itu dibawanya batu-batu vulkanik sebagai medium mahakarya yang tak lekang oleh waktu. Setiap pahatan, tatahan, dan pecahan bukanlah hasil dari usaha untuk mengubah batu, namun untuk menorehkan catatan untuk sebuah peradaban – warisan dari abad ke-21 untuk masa yang akan datang. 

Sunaryo menciptakan Wot Batu sebagai ‘jembatan spiritual’: penyeimbang antara jiwa manusia dengan wujud ragawi kehidupan, sebagai penghubung di antara empat elemen alam. Dalam Wot Batu, tanah, api, air dan angin berbicara satu sama lain dalam harmoni. Wot Batu menyampaikan gagasan tentang ruang dan waktu – sebuah penyadaran tentang eksistensi manusia dalam dimensi alam yang tak berbatas.

6. Gua Jepang


Gua atau Goa Jepang Bandung ini terletak di Taman Hutan Ir. Juanda, Dago Atas, Bandung. Gua Jepan Bandung ini dibangun pada tahun 1942.  

Gua Jepang berada di dalam rimbunnya hutan rakyat yang diresmikan pertama kali 23 Agustus 1965 oleh Gubernur Jawa Barat Brigjen (Purn.) Mashudi dengan nama Taman Wisata.

Ukuran gua yang cukup besar ditambah dengan lorong-lorong ventilasi udara di beberapa sudut, mengakibatkan suasana di dalam gua tidaklah pengap, tetapi agak gelap sekaligus seram.

Di gua Jepang terdapat empat lorong untuk masuk. Konon katanya, lorong kedua dan ketiga sebagai lorong jebakan.  Sekaligus sebagai tempat pertahanan Jepang.

Silakan berkomentar.